Tuesday, November 06, 2007

Institut Kepemimpinan Kepemudaan Indonesia

The Indonesian Youth Leadership Institute)

Pendahuluan
Kepemimpinan dan kepemudaan bagaikan dua sisi mata uang. Pemuda telah membuktikan memberikan peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia; utamanya dalam kontinuitas kepemimpinan nasional.
Bisa disebutkan tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1998 adalah milestones sejarah bangsa ini sekaligus mempertegas betapa pemuda memegang peran strategis dalam menentukan arah kepemimpinan nasional bangsa Indonesia.
Masa kini adalah bagian dari masa depan. Tantangan bangsa di masa depan jauh lebih berat dari masa kini. Pemuda sebagai pilar kepemimpinan bangsa tentu perlu mebekali diri, mempertajam kompetensi, mengasah kecerdasan dan memposisikan diri lebih tepat di lingkungannya; baik masyarakat terdekat, lingkup nasional, regional maupun internasional.
Pemuda dengan segala potensinya harus menjadi akselerator pembangunan karakter bangsa. Hanya dengan terus menerus meng-upgrade diri lah pemuda bisa menjalankan perannya sebagai pilar kepemimpinan nasional.
Kepemimpinan kepemudaan adalah dua sisi mata uang; saling melengkapi dan menjadi pilar bagi keberlanjutan pembangunan bangsa.

Logo IKKI
• Garis hitam di kedua sisi adalah lambang pilar dan ketegasan
• Belah ketupat di tengah adalah bentu 2 dimensi dari sebuah intan; simbol kekuatan
o Warna hijau adalah lambing spiritualitas
o Warna biru adalah lambing keluasan pandanga/kebijaksanaan
o Warna kuning/emas adalah lambing kecerdasan
o Warna merah adalah lambing keberanian

Vision
Menjadi mitra dan rujukan dalam pengembangan kepemimpinan kepemudaan Indonesia

Objectives
1. Mengembangkan kajian kebijakan kepemudaan
2. Membangun jaringan nasional, regional dan internasional
3. Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan kepemimpinan kepemudaan

Main Activities
Kajian kebijakan kepemudaan
- Kajian kebijakan kepemudaan di Indonesia
- Kajian kebijakan kepemudaan di daerah
- Kajian kebijakan kepemudaan internasional
Membangun jaringan
- Membangun jaringan nasional
- Membangun jaringan regional
- Membangun jaringan internasional
Pendidikan dan Pelatihan
- Pendidikan kepemimpinan kepemudaan
- Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan pemuda
- Pendidikan dan pelatihan kepeloporan kepemudaan
Kegiatan lain
- Seminar/konferensi nasional dan internasional
- Penulisan artikel
- Penerbitan buku

Menuju (Bulan) Kemenangan

Oleh Zamzam Muharamsyah

Rembulan bulat utuh putih cemerlang di langit Sya’ban. Bulan ini sudah habis setengahnya. Dua minggu ke depan akan kita jumpai Ramadhan mulia. Bulan suci yang kekhasannya senantiasa dirindukan muslimin sedunia.

Bulan yang khas, Ramadhan menyimpan nilai-nilai istimewa. Sebagian orang menyebutnya bulan suci. Yang lain lebih senang memanggilnya bulan perjuangan. Ada pula yang menjulukinya bulan kemuliaan dan bulan kemurahan. Sedemikian istimewanya, sehingga Ramadhan berhak menyandang nama-nama mulia itu.

Tetapi, rasanya jarang kita dengar orang menyebutnya bulan kemenangan. Kebanyakan orang lebih senang menggunakan kata kemenangan untuk menamai hari raya ‘Idul Fitri. Ramadhan bulan perjuangan dan ‘Idul Fitri hari kemenangannya setelah sebulan penuh berjuang.

Padahal kalau kita kembali menyimak sejarah, pada bulan Ramadhan telah terukir catatan-catatan kemenangan besar. Mulai dari kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar Agung, kemenangan pasukan Islam dalam perang Khandak, dan peristiwa Revolusi Futuh Mekah, hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 61 tahun yang lalu, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan nan Agung.

Bukan hanya itu, pada bulan Ramadhan seluruh kaum muslimin diberi satu kesempatan yang sama untuk berhasil mencapai kemenangan (baca: ketakwaan), kewajiban puasa dan penglipatgandaan pahala. Di samping, limpahan rahmat dan pengampunan serta jaminan terjauh dari api neraka. Jika seorang muslim berkesempatan bertemu dengan Ramadhan lalu mengisinya dengan sepenuh keikhlasan dan pengharapan maka baginya Ramadhan menjadi bulan kemenangan. Firman Allah, “Wahai Orang-orang beriman, telah diwajibkna kepada kalian puasa agar kalian bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183). Sabda Rasulullah, “Barang siapa puasa Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan, maka dia diampuni dari dosa-dosa masa lalunya.”

Maka, do’a yang diajarkan Rasulullah adalah, “Ya Allah, sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan…” karena Ramadhan betul-betul menjanjikan kemenangan. Di lain kesempatan Rasulullah pernah mengamini malaikat Jibril yang berdo’a, “Celakalah orang yang sampai pada bulan Ramadhan tetapi ketakwaannya tidak bertambah!” Tetapi, Rasulullah juga memberi kabar gembira kepada para ahli puasa, bahwa mereka akan mendapatkan dua kebahagiaan: kebahagiaan setiap kali mereka berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan Allah.

Akan tetapi, harus diingat bahwa kemenangan yang dijanjikan Ramadhan bukan kemenangan instan yang diberikan begitu saja. Sebulan penuh kita diwajibkan menahan kendali nafsu yang biasanya kita umbar sekehendak hati: nafsu perut, nafsu mulut, dan nafsu kemaluan. Sebulan penuh harus kita isi dengan segala jenis kebaikan yang telah dijanjikan pahala berlipat ganda dengan menjaga keikhlasan dan ketekunan dalam menjalankannya. Semoga Allah memberi kita kekuatan. Wallahu a’lam.

Monday, November 05, 2007

Sunday, November 04, 2007

Inspiring my vision….(1):

Semangat yang Akan Ku Pegang Teguh



Begitu banyak hal-hal besar yang ingin kucapai dalam hidup ini. Motivasi ini tumbuh seiring berjalannya waktu perkuliahan yang telah kulewati bersama orang-orang yang hebat yang ada disekitar aku. Termasuk diantaranya adalah para professor yang menjadi salah satu sumber ilmu kami. Berbagai ilmu kami dapatkan. Diskusi pun turut mewarnai pengembangan ilmu yang kami dapatkan.



Sepertinya agak aneh bagiku jika setiap insan yang hadir dalam kegiatan perkuliahan tidak tergugah hati nuraninya untuk melakukan perubahan. Hakikat dihadirkannya program ini sepertinya sudah mulai menjangkiti kami semua. Setidaknya menjangkiti setiap inchi otak dan hati nuraniku.



Pusing tetapi sekaligus menyenangkan. Kurasa itu adalah kata-kata yang tepat untuk mewakilkan apa yang kurasakan saat ini. Karena hasrat intelektual yang selama ini tersumbat telah mendapatkan haknya serta tergugahnya hati nurani yang telah terpendam oleh rutinitas kehidupan.



Bagaimana tidak! Jika setiap harinya kami selalu dijejali oleh rumit dan kompleksnya permasalahan negeri ini dan “ditantang” untuk melakukan tindakan-tindakan “out of box” untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui teori-teori “maut” yang dihidangkan para professor kepada kami.



Rasanya ada perasaan bersalah yang akan menghantui diri ini seumur hidup jika aku tidak bergerak dan melakukan perubahan. Membayangkan wajah-wajah penuh harap dari rakyat yang telah rela (atau mau tidak mau harus rela) uangnya dipakai untuk membiayai kuliah yang aku jalani. Kuliah yang katanya untuk mencetak pemimpin-pemimpin masa depan. Berat rasanya jika harus bermalas-malasan menjalani kuliah ini. Walau letih menjalani kuliah sepulang kerja di Depok, rasanya tak sebanding dengan penderitaan mereka yang telah kupakai uangnya yang menghabiskan hampir Rp 60 juta selama 2 tahun masa kuliah per orangnya. Jika dikalikan 30 orang (jumlah satu angkatan) maka anggaran rakyat yang terpakai sebesar sekitar Rp 1,8 M untuk mencetak pemimpin masa depan. Subhanallah! !! Masya Allah!!! Mungkin dibandingkan dengan anggaran proyek-proyek pembangunan fisik di Indonesia sangat jauh sekali marginnya. Tetapi jika uang itu dipakai untuk kesejahteraan rakyat, juga bukan angka yang kecil.



Selain itu kesibukan yang ku jalani pun tidak seberapa dibandingkan pengorbanan teman-teman kuliahku yang harus menyatroni jarak yang tidak dekat, kesibukan yang tidak sedikit, serta penghasilan yang tidak melimpah untuk membiayai kebutuhan pendukung kuliah.



Memikirkan hal tersebut. Membuat aku semakin BERSEMANGAT menjalaninya. Membuat aku tidak ingin menyia-nyiakan harapan rakyat Indonesia .



We are Indonesia Future Leaders!!! Yes we are!!! Indonesia tunggulah saatnya. Gebarakan perubahan akan kami hadirkan. Kamilah wajah-wajah pemuda Indonesia yang akan memimpin negeri ini ke arah kebaikan, para mahasiswa Pascasarjana UI Kajian Pengembangan Kepemimpinan Nasional.



“Rabbana laa tuziq quluubana ba’da idz hadaitana wa hablana min ladunka rahmah. Innaka antal wahhaab…”



Ya Allah tetapkanlah semangat ini terus membara dalam diri kami. Jadikanlah kami generasi yang akan membawa negeri ini ke arah perubahan. Perubahan yang akan mengembalikan kemuliaan dan harga diri bangsa Indonesia. Semoga kami bisa saling menguatkan satu sama lain Semoga….Semoga… .dan Semoga…..



So….let’s do it GENK …..!!!! n_n

Think Globally, Act Locally



Mulai dari yang kecil

Mulai dari kita

Mulai dari sekarang


Best regards,
Rosmalita

Saturday, October 13, 2007

Lebaran di KBRI Korea



Alhamdulillah, tahun ini kita bisa melaksanakan shalat idul fitri.
Bagi orang Indonesia yang ada di Korea, idul fitri diadakan di KBRI Korea.
Acaranya padat, dihadiri sekitar 1.500 jamaah. Setelah shalat ied, kita berebutan lontong plus opor, yang memang ngangenin. selain itu juga foto-foto dan ketemu dengan beberapa mahasiswa yang lagi belajar di Korea. seneng rasanya, banyak orang indonesia bertebaran dimana-mana. semoga saja menjadi aset untuk bangsa ini agar lebih berdaya saing di masa depan.

Kebetulan, Dubes Indonesia utk Korea, Bp. Jacob Tobing ada juga, makanya kita sekalian foto aja. Dan beliau dengan ramah, mengajak sekalian makan siang. Lumayan juga. Perbaikan gizi.

Yang paling penting kita bisa bersilaturahmi dan banyak informasi tentang kepemudaan.

semoga bermanfaat.

Monday, October 08, 2007

Presentasi Ttg Youth Policy


Hari ini kita presentasi ttg Youth Policy di Indonesia, sambil mendengarkan apa yang dijelaskan oleh delegasi dari negara lain.
Walaupun secara formal kita ngga ada bekal ttg Youth Policy, tapi, dengan adanya internet, kita bisa menjadi "pengarang" yang bagus.
Ternyata, dari ketentuan usia saja, tentang Youth bisa berbeda antar negara:
- Korea : 9 - 24 tahun
- Indonesia: 18 - 35 tahun
- Malaysia: 15 - 25 tahun
- Kamboja: 15 - 30 tahun
- Thailand: 18 - 25 tahun
Dari perbedaan range usia itu juga yang membuat perbedaan masalah kepemudaan di berbagai negara.
Akan tetapi, benang merahnya tetap ada, masalah utama kepemudaan tidak lepas dari kesempatan pendidikan, drugs, dan infiltrasi budaya.
Jadi sebenarnya kita punya PR yang hampir sama di ASEAN, sama-sama mengurusi kepemudaan yang banyak masalah mendasarnya.

Akan tetapi insyaallah hal ini bisa diatasi, selama ada konsistensi dan kesungguhan.

Bee

Thursday, October 04, 2007

Day 4: Belajar Memanah & Berkuda



Jum'at, pagi2 kita belajar memanah. ternyata ngga gampang. kayanya kita perlu ada session training outdoor memanah. karena, ketika diajar training memanah, ternyata bukan teknih memanah yang menarik.. tapi filosofi di belakangnya....
Ini kata sang trainer...


1. Panah dalam posisi awal berbeda ketika akan dipakai. Artinya, kita harus berubah menyesuaikan kondisi
2. Panah tidak ada artinya tanpa anak panah, butuh partnership yang komplemen
3. Mengapa panah jadi olahraga, padahal dulu digunakan untuk berburu? Karena sekarang panah terlalu lambat dibandingkan pistol atau senapan. Dunia selalu berubah.
4. Posisi tangan di ujung busur sangat menentukan arah anak panah yang melesat. Posisi tangan yang memegang tali busur menentukan bagaimana jarak tempuh anak panah.
5. Ternyata ngga mudah untuk melepaskan anak panah walaupun busur sudah direntangkan. Itu karena masih ada rasa takut. Jadi, untuk melesatkan anak panah, rasa takut harus dihilangkan.

Setelah itu kita latihan memanah step by step, untuk menunjukkan proses bagaimana kemampuan kita memanah.
Dan terakhir memanah dengan menggunakan target. Yang hasilnya, tidak ada satu pun yang tepat.

Subhanallah, baru kali ini saya mendapat penjelasan tentang makna olah raga memanah sambil langsung praktek memanah. Alatnya sederhana, tapi maknanya dalam....

Siang ini kita akan berlatih berkuda...
Jadi, rupanya Islami juga training mereka, hanya saja galian hikmahnya lebih ke filsafat ketimbang spiritual.



1. Belajar berkuda mulai dari cara nuntun kuda, jangan terlalu di depan atau dibelakang. takut terinjak. Berdiri saja di dekat kuda 1/2 langkah, jadi bisa mengendalikan kuda. Ini ada hubungannya dengan ledaership (versi saya minimal), bahwa jadi leader harus di depan, tapi ngga usah ninggalin anak buahnya terlalu jauh, sehingga masih ada kendali untuk mengarahkan.
2. Terus ngasih makan kuda pake wortel. Ternyata kudanya jadi lebih nurut. Kalau dihubungkan dengan leadership, bisa jadi wortel itu adalah reward yang bisa memotivasi, sehingga leader makin dihargai untuk dituruti arahannya
3. Riding horse melintasi area berbentuk lingkaran. cuma 5 orang yang nyoba. ternyata ngga mudah juga. Kalau dihubungkan lagi ama kepemimpinan, bisa jadi bahwa leader dan anak buahnya memang harus punya lintasan untuk mencapai tujuan.

So.. that's all for today... see u tomorrow...

Day 3 in Cheonan: Main Bola & Leaderhsip

Ternyata di Korea Selatan itu ada 700 Youth Center
dan pusatnya di National Youth Center, Cheonan ini...
Banyak banget ya.. dan semuanya connected, ada sistem informasi
yang bisa menghubungkan semua organisasi tersebut...
(hmmm... comparing to Indonesia?)
So.. pemerintah mereka bener-bener serius ngurusin pemudanya...
Tapi, memang NYC ini bikin cemburu, karena
mereka mendapat support lebih banyak dibanding organisasi lain
(sama kaya di Indonesia).
Tapi, NYC memberikan sumbangsih nyata bagi perkembangan pemuda
di Korea Selatan melalui program-programnya...
Jadi tidak menghabiskan dana pemerintah tanpa memberikan
imbal balik nyata dan terukur.


Baban dan Fathur jadi bagian dari tim sepakbola NYC.

Hari ini kita ikut Sport Program di NYC
Mereka mengadakannya 2 kali setahun
Pesertanya dari Cheonan dan Pyung Thang Youth Center
prinsip main bola mungkin seperti prinsip kepemimpinan
ada posisi dan ada yang ngatur posisi (coach)
jadi, begitu saya akan jadi pemain pengganti,
coach langsung mengarahkan posisi mana yang harus diisi
Ngga jauh beda ama prinsip kepemimpinan
harus ada arahan (ini prinsip kepemimpinan) kepada orang
untuk mengisi posisi (placing) sesuai dengan kemampuannya
(competency based).
Jadi, tim bisa menjadi harmonis. Main bolanya jadi nikmat
Seharusnya kepemimpinan yang baik bisa membuat
'para pemain timnya' bisa menikmati perjalanan organisasi
Ibarat kata kita ini (mahasiswa S2 adalah pemain....
mungkin pemain cadangan)
maka butuh coach yang bisa memberikan arahan (dr kemenegpora?)
sehingga kompetensi kita bisa optimal ketika menempati posisi
yang memberikan sumbangsih besar bagi perkembangan pemuda
di Indonesia.

Wednesday, October 03, 2007

Indonesia-the world of its own

Day 2 in Cheonan

Hari ini acara banyak di luar
Karena NYC sedang libur besar
dan ada Cheonan Hyungtai Yeung Festival
Parade dari para penduduk di Cheonan
Cheonan ternyata kota kecil...
agak mirip Kotamadya Bogor lah..
banyak yang beratraksi, sekaligus menunjukkan
bahwa Cheonan juga bisa menjadi kota internasional
karena yang ikut parade ternyata
bukan hanya dari Cheonan saja
tapi juga dari negara-negara lain
seperti Amerika Serikat, India, Philipina
Australia, dan INDONESIA...
Beneran.. ada juga parade dari orang Indonesia
buktinya mereka pake batik dan bawa warna merah putih.
duh bangganya waktu dibilang oleh MC,
kalau delegasi Indonesia mau lewat...
segera saja kita bergabung...
dan ketika ditanya mereka kebanyakan dari mana...
tau jawabannya? dari BANDUNG, CIMAHI, JAWA TIMUR...
pantesan, atraksinya kemudian jadi tari jaipongan

Pelajaran pentingnya...
kota kecil saja bisa bertransformasi menjadi kota yang
didatangi banyak foreigner... pasti punya keistimewaan


Misbach, Baban, Fathur ikut gabung dengan parade Indonesia


Sorenya kita pergi ke sebuah tempel, di atas bukit, cukup tinggi.
Awalnya kita kira mau dinner, karena enak betul tempatnya.
Tahunya melihat Sitting Budha...
Patung buda yang sedang duduk. besar banget.
Peserta dari Myanmar, Laos, Thailand langsung melakukan
prosesi penghormatan...
Bagi mereka, suatu hal yang luar biasa bisa berkunjung
ke tempat seperti ini dan bisa melihat Sitting Budha.

Bagi kita? banyak difoto saja, sambil tanya-tanya
ke peserta Myanmar, Laos, Thailand tentang perasaan mereka

Setelah itu kita dinner sekaligus buka puasa.
Alhamdulillah, 5 orang muslim hari ini berpuasa semua
3 dari Indonesia, 1 dari Malaysia dan 1 dari Philipina


Peserta di depan Sitting Budha Statue

Tuesday, October 02, 2007

Day 1 in NYC, Korea




09.30. alhamdulillah, hari pertama program di National Youth
Center of korea sudah dijalani. Presiden NYC langsung
yang membuka. Acara dibuka informal oleh Mrs. Shim,
energic women yang jadi EO acara ini. Dilakukan penjelasan
tentang detail acara untuk bulan Oktober dan akan dievaluasi
untuk acara bulan november. Mrs. Shim menggunakan bahasa Inggris,
sampai datang Ms. Joanne, translater. Mrs. Shim menggunakan bahasa Korea,
dan ditranslate oleh Ms. Joanne. I think that's a part of nasionalism,
bangga dengan bahasanya sendiri.

11.00 Mr. Lee (President) datang, saya
langsung lihat jam yang sudah disetting waktu korea,
tepat jam 11.00, sesuai jadwal. Saya langsung ingat
Indonesia, yang biasanya kita harus nunggu dulu
pejabat untuk memulai acara.
Pembukaan berlangsung lancar. Setiap delegasi
memperkenalkan diri dan menyatakan harapan dan
tujuannya. Kita? karena tidak ada pertemuan awal
dengan pihak pemerintah, jadi mengatasnamakan
organisasi pribadi saja dulu, sambil menyisipkan
harapan pemerintah juga (versi kita).

12.00. Ketika selesai dan memberikan kenang2an dari negara
masing2, maka tidak ada yang kita bawa, entah brosur,
pamflet, cd atau yang lain2 ttg apa yang kita lakukan
terhadap pemuda di Indonesia, so alhasil, saya
berinisiatif memberikan buku AMPUH (tulisan saya
sendiri) sebagai souvenir. Sedih juga sih sebenernya,
tapi daripada tidak ada yang diberikan, ya buku lah
sudah cukup.
All participants makan siang, dan Indonesian ngga makan siang
karena puasa, dan Korean mengerti bahwa kita sedang puasa,
karena tahun kemarin ada orang dari Irak yang menjadi peserta
pada salah satu program mereka. Mrs. Shim sangat empatik dengan
tidak makan di hadapan kita.

13.30 Kita diajak kenalan dengan beberapa staf
NYC, dan mereka very profesional, setiap orang
memiliki keahlian, walaupun mereka lulusan D3 atau S1.
mereka benar2 menguasai 1 bidang yang bisa diajarkan
kepada anak muda korea. ada yang ahli bahasa isyarat,
teknik mengajar, magician, tradisional music,
international culture, bahasa inggris, dll. so.. ini
pelajaran juga, bahwa kita seharusnya punya orang2
yang ahli dalam sebuah bidang dan memiliki mindset
yang sama untuk membangun pemuda. pemuda itu
investasi.

14.30 kita berkeliling melihat fasilitas NYC, mulai dari
athletic building, teleskop, workshop keramik, concert hall,
music room, skate board room, etc. sangat komplit.
kita juga melihat ranch dengan 5 ekor kudanya,
karena hari jum'at kita akan horse riding.

16.30 diadakan sncak party untuk peserta. seperti biasa,
kita ngga makan, tapi bisa dibungkus ternyata.
alhasil, kulkan mini di kamar saya penuh oleh makanan.
Ngga jauh beda dengan indonesia, makanannya ternyata
ubi. Kambodia participants very exciting with the ubi.
kalau indonesian, malaysian, philipino.. hmmm biasa aja tuh.
Bahaya, udara dingin, makan ubi.. masuk angin.. and then..
tau sendiri akibatnya....

18.00 makan malam di dinner hall. makanannya belut (eel).
Fathur paling semangat, katanya banyak proteinnya,
makanya kepalanya langsung nyut-nyut-an. saya sih ngga doyan,
geli aja makan belut. Lebih baik makan roti aja,
campur lalap (selada) ama telor. maklum orang sunda, ngga bisa
jauh dari lalapan.

19.00 balik ke kamar dan mulai browse internet lagi.
20.00 ngobrol lagi. share tentang banyak hal di negara masing-masing
terutama dengan pemudanya.
Problem di Kambodia adalah pergaulan yang udah mulai terlalu bebas,
Philipina juga. Malaysia mungkin yang relatif minim masalahnya. karena
perhatian pemerintah mereka juga bagus.

22.00 go to sleep. mimpinya tetep bahasa Indonesia,
ngga bahasa Inggris atau bahasa Korea. zzzzzzzz

Monday, October 01, 2007

All Participants


Pembukaaan resmi oleh President of National Youth Center
Semua peserta berpose di depan gedung

Participants

Partisipan dari berbagai negara dalam
NYC Forum
Miss Tada (Kamboja), Baban (Indonesia), Fathur (Indonesia),
Mr. Sem (Kamboja), Miss Pang (Thailand), Miss War War (Myanmar)
Mr. Nom (Laos).

We're in Cheonan, South Korea

Alhamdulillah kita dapat kesempatan berkunjung
ke National Youth Center of Korea
Ikutan Activity Training Program for Asean Youth Leader
Semoga ini titik awal untuk membangun kualitas di tingkat global





Foto: Fathur, Misbach, Baban di rest area highway menuju Cheonan

Thursday, July 12, 2007

Kepemimpinan 360 derajat

Ketika ada seorang sahabat mengatakan bahwa
memimpin adalah menguasai...
maka saya pun bertanya, apakah benar?
kemudian saya menemukan sebuah buku
judulnya "360 degree leader"
ternyata memimpin itu bukan hanya menguasai
akan tetapi melayani dan menemani
menjadi pemimpin berarti bersedia untuk
MEMIMPIN, DIPIMPIN DAN BERMITRA

Memang ada yang namanya kelas kepemimpinan disini
akan tetapi ketika kelas itu tanpa visi
kepemimpinan pun tanpa esensi
hanya kedudukan dan bukan fungsi

Maka, sangat perlu kita belajar
bukan untuk banyak berkomentar
akan tetapi mencipta karya yang benar
hingga bisa memberi kontribusi yang besar

Wednesday, February 21, 2007

Cek dan Kwitansi Kosong

Suatu hari sebuah cek diberikan oleh seorang pengusaha
kepada seorang profesional
Karena ada jasa yang sudah dilakukan
Di bagian atasnya ada 2 bagian
Bagian nama dan jumlah/nominal
Di nominal tertulis angka "sepuluh juta rupiah"
Salah satunya kosong, yaitu bagian nama
Artinya, siapa pun bisa mengambil uang sejumlah yang tertera
Cek itu dibawa oleh si profesional sebagai balas jasanya
Sang pengusaha tidak perduli siapa yang akan mencairkan ceknya
Yang jelas, jumlahnya memang sesuai kesepakatan

Suatu hari, sebuah kwitansi diberikan oleh seorang pegawai
kepada seorang aktivis LSM
karena ada rencana kegiatan yang akan dilakukan
Di bagian atasnya ada 2 bagian
Bagian nama dan jumlah/nominal
Di nama tertulis lembaga yang akan mendapatkan dana bantuan
Salah satunya kosong, yaitu bagian nominal
Artinya, nilai berapa pun bisa dituliskan
Kwitansi itu disimpan oleh si pegawai
Uang sejumlah sekian telah diberikan kepada aktivis LSM
Sang aktivis tidak tahu, berapa rupiah yang akan dituliskan
oleh si pegawai di kwitansi tersebut dan akan kemana uangnya

Cek kosong namanya, terjadi karena kepercayaan yang penuh
Kwitansi kosong jumlahnya, terjadi karena kekosongan hati

Thursday, January 18, 2007

Motif Dan Kekuatan Untuk Memimpin Keluarga

Dalam sebuah keluarga, tentu ada pembagian peran untuk mencapai sebuah tujuan. Menjadi keluarga yang harmonis, tenang adalah sebagian dari tujuan terbentuknya sebuah keluarga.

Membentuk keluarga adalah fitrah bagi setiap manusia. Kebutuhannya untuk mencari pasangan dan saling berbagi dengan pasangan tersebut menjadi jawaban atas pemenuhan dirinya sebagai makhluk social.

Dalam menjalankan sebuah keluarga dengan niat untuk mewujudkan sebuah tujuan—keluarga harmonis dan bahagia—tentu dibutuhkan pembagian peran dan upaya untuk mengoptimalkan peran masing-masing, sehingga semua tujuan bisa tercapai.

Kepemimpinan dalam sebuah keluarga tidak mutlak dimiliki oleh kepala keluarga yang sangat identik dengan peran seorang suami atau ayah. Kepemimpinan bukanlah sebuah posisi, tapi lebih menjadi sebagai fungsi. Kepemimpinan lebih mewujud melalui pengaruh. Seorang menjadi pemimpin karena memiliki pengaruhi atas orang lain.

Seorang laki-laki memang dalam pandangan umum otomatis menjadi kepala keluarga yang akan menjadi penggerak roda keluarga menuju tujuan yang disepakatio bersama. Ketika masa awal keluarga tersebut, kesepakatan hanya antara suami dan isteri, akan tetapi ketika bertambahnya anggota keluarga dengan kehadiran anak, maka kesepakatan dan peran pun bertambah dengan adanya anak—satu, dua atau lebih dari dua anak.

Pembagian peran dan kemampuan menggerakkan roda keluarga menuju sebuah tujuan yang disepakati adalah wahana bagi optimalnya potensi kepemimpinan semua komponen keluarga. Ketika kepemimpinan diartikan hanya sebagai posisi, maka beban untuk menggerakkan roda keluarga hanya di pundak suami/ayah. Ketika kepemimpinan diartikan sebagai pengaruh, maka beban untuk menggerakkan roda keluarga tersebar di seluruh komponen keluarga.

Kepemimpinan bisa berarti power dan motives (kekuasaan/kekuatan dan motif) (James MacGregor Burns). Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki seseorang tanpa motif yang tepat hanya akan menghasilkan sub ordinasi, menganggap orang lain sebagai bawahan.

Motif yang tepat tanpa kekuatan/kekuasaan tidak mampu menggerakan orang lain, apa yang dilakukan berhenti di tataran nilai dan norma, tidak sampai pada perilaku. Motif yang tidak tepat dengan tidak adanya kekuasaan maka hanya akan menghasilkan keluhan dan kegelisahan.

Dalam sebuah keluarga, tentu saja, suami/ayah menjadi prioritas utama untuk menjadi penggerak keluarga, menjalankan kepemimpinan dalam keluarga. Masalah berikutnya adalah, apakah seorang suami/ayah yang notabene berperan sebagai kepala keluarga memiliki motif yang tepat dengan kekuasaannya?

Jika memiliki motif yang tepat, maka bagaimana menggerakakan seluruh komponen keluarga untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati?

Mengutip apa yang menjadi konsep kepemimpinan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu ing ngarso sun tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, adalah refleksi bahwa seorang pemimpin harus bisa menuntun dari depan, membimbing dari tengah dan mengikuti dari belakang.

Konsep kepemimpinan seperti ini memposisikan serang pemimpin tidak hanya memanfaatkan kekuasaannya untuk selalu mengambil posisi di depan dan menjadi orang yang paling tahu, akan tetapi di lain waktu justru menjadi pendamping yang supportif dan bahkan menjadi pengikut yang loyal.

Dalam keluarga, menjadi kepala keluarga berarti memahami potensi semua komponen keluarganya, baik potensi diri sendiri, pasangan maupun anak-anaknya. Dengan memahami potensi semua komponen keluarga, maka mudah bagi seorang pemimpin dalam keluarga untuk mengambil posisi dan memberikan pengaruh melalui posisi tersebut.

Menjadi pemimpin dalam keluarga berarti mengambil posisi yang tepat dan menggerakkan orang lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dari berbagai arah. Ketika butuh dituntun, berarti seorang pemimpin berada di depan, ketika butuh ditemani berarti seorang pemimpin berdiri si samping dan ketika dibutuhkan untuk mendorong, maka seorang pemimpin berada di belakang.

Membangun keluarga memang bukannya tanpa hambatan, sama tidak mudahnya dengan membangun keluarga untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati. Oleh karena itu dibutuhkan kepemimpinan yang baik, benar dan kuat.

Kepemimpinan yang baik berarti adanya nilai-nilai yang telah disepakati, kepemimpinan yang benar berarti berjalan dalam prinsip-prinsip yang utama dan kepemimpinan yang kuat berarti penerimaan secara tulus dari orang yang dipimpinnya.

Memimpin keluarga berarti memadukan antara pembagian peran—yang juga melakukan pembagian kekuatan antara suami, isteri dan anak--dengan motif berdasarkan peran-peran tersebut. Jika paduannya kurang sempurna, maka jalannya proses berkeluarga tidak akan bisa menuju kebahagiaan. Keluarga akan kesulitan menemukan arah yang dituju, karena tidak ada kepemimpinan yang bisa mengayomi dan mengarahkan potensi menjadi optimal.

Monday, January 08, 2007

Memahami Karena Tidak Berfungsi

Memahami sesuatu tidak baik lebih mudah ketika terjadi sesuatu terhadap fungsinya.

Memahami bahwa Menteri Perhubungan tidak bagus, lebih mudah ketika "tragedi Adam Air"
dikomunikasikan dengan informasi yang tidak aktual, faktual dan akurat.

Memahami bahwa Menteri Kebudayaan tidak bagus,
lebih mudah ketika "tragedi pengembalian Piala Citra" menjadi konsumsi media...
ketika seorang Slamet Rahardjo bertanya, "apakah masih ada peran Film Indonesia
dalam Pembangunan Negara ini...?"

Memahami bahwa, kita, sebagai "khalifah" di muka bumi tidak bagus,
ketika apa yang kita miliki tidak berfungsi...
otak yang dimiliki bukan untuk berpikir bagaimana memberikan manfaat untuk orang lain
tangan yang dimiliki bukan untuk meringankan pekerjaan orang lain
kaki yang dimiliki bukan mengarah bersama menuju visi yang dicita-citakan
paru-paru yang dimiliki, setiap oksigen dan CO2 tidak disertai dengan bersyukur kepada-Nya

Menjadi pemimpin sebenarnya mudah.. selama memandangnya dari sisi fungsi, dan bukan posisi
kalau melihatnya dari sisi posisi, maka masalah lebih banyak dihadapi
karena banyak orang yang nyaman dengan sebuah posisi
kalau melihatnya dari sisi fungsi, maka amanah yang jadi kunci
kepuasan bukan ketika pujian datang, tapi amanah tertuntaskan

Melihat kepemimpinan sebagai posisi, hanya akan menggunakan telunjuk untuk memerintah
Melihat kepemimpinan sebagai fungsi, lebih banyak menggunakan tangan untuk merangkul

Melihat kepemimpinan sebagai posisi, lebih banyak marah kalau ada yang salah
Melihat kepemimpinan sebagai fungsi, lebih banyak mendengarkan ketika ada masalah

Memahami kepemimpinan tidak cukup melalui teori
karena kepemimpinan bukan hanya tentang "apa yang kita tahu"
tetapi, bagaimana kita berperilaku: memperlakukan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Memahami kepemimpinan tidak cukup hanya dengan menduduki sebuah posisi
karena kepemimpinan bukan hanya tentang "apa yang kita miliki"
tetapi, bagaimana kita memanfaatkan apa yang kita miliki untuk memunculkan potensi
setiap orang yang berinteraksi dengan diri kita.

Memimpin berarti bertanggung jawab