Tuesday, November 06, 2007

Institut Kepemimpinan Kepemudaan Indonesia

The Indonesian Youth Leadership Institute)

Pendahuluan
Kepemimpinan dan kepemudaan bagaikan dua sisi mata uang. Pemuda telah membuktikan memberikan peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia; utamanya dalam kontinuitas kepemimpinan nasional.
Bisa disebutkan tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1998 adalah milestones sejarah bangsa ini sekaligus mempertegas betapa pemuda memegang peran strategis dalam menentukan arah kepemimpinan nasional bangsa Indonesia.
Masa kini adalah bagian dari masa depan. Tantangan bangsa di masa depan jauh lebih berat dari masa kini. Pemuda sebagai pilar kepemimpinan bangsa tentu perlu mebekali diri, mempertajam kompetensi, mengasah kecerdasan dan memposisikan diri lebih tepat di lingkungannya; baik masyarakat terdekat, lingkup nasional, regional maupun internasional.
Pemuda dengan segala potensinya harus menjadi akselerator pembangunan karakter bangsa. Hanya dengan terus menerus meng-upgrade diri lah pemuda bisa menjalankan perannya sebagai pilar kepemimpinan nasional.
Kepemimpinan kepemudaan adalah dua sisi mata uang; saling melengkapi dan menjadi pilar bagi keberlanjutan pembangunan bangsa.

Logo IKKI
• Garis hitam di kedua sisi adalah lambang pilar dan ketegasan
• Belah ketupat di tengah adalah bentu 2 dimensi dari sebuah intan; simbol kekuatan
o Warna hijau adalah lambing spiritualitas
o Warna biru adalah lambing keluasan pandanga/kebijaksanaan
o Warna kuning/emas adalah lambing kecerdasan
o Warna merah adalah lambing keberanian

Vision
Menjadi mitra dan rujukan dalam pengembangan kepemimpinan kepemudaan Indonesia

Objectives
1. Mengembangkan kajian kebijakan kepemudaan
2. Membangun jaringan nasional, regional dan internasional
3. Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan kepemimpinan kepemudaan

Main Activities
Kajian kebijakan kepemudaan
- Kajian kebijakan kepemudaan di Indonesia
- Kajian kebijakan kepemudaan di daerah
- Kajian kebijakan kepemudaan internasional
Membangun jaringan
- Membangun jaringan nasional
- Membangun jaringan regional
- Membangun jaringan internasional
Pendidikan dan Pelatihan
- Pendidikan kepemimpinan kepemudaan
- Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan pemuda
- Pendidikan dan pelatihan kepeloporan kepemudaan
Kegiatan lain
- Seminar/konferensi nasional dan internasional
- Penulisan artikel
- Penerbitan buku

Menuju (Bulan) Kemenangan

Oleh Zamzam Muharamsyah

Rembulan bulat utuh putih cemerlang di langit Sya’ban. Bulan ini sudah habis setengahnya. Dua minggu ke depan akan kita jumpai Ramadhan mulia. Bulan suci yang kekhasannya senantiasa dirindukan muslimin sedunia.

Bulan yang khas, Ramadhan menyimpan nilai-nilai istimewa. Sebagian orang menyebutnya bulan suci. Yang lain lebih senang memanggilnya bulan perjuangan. Ada pula yang menjulukinya bulan kemuliaan dan bulan kemurahan. Sedemikian istimewanya, sehingga Ramadhan berhak menyandang nama-nama mulia itu.

Tetapi, rasanya jarang kita dengar orang menyebutnya bulan kemenangan. Kebanyakan orang lebih senang menggunakan kata kemenangan untuk menamai hari raya ‘Idul Fitri. Ramadhan bulan perjuangan dan ‘Idul Fitri hari kemenangannya setelah sebulan penuh berjuang.

Padahal kalau kita kembali menyimak sejarah, pada bulan Ramadhan telah terukir catatan-catatan kemenangan besar. Mulai dari kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar Agung, kemenangan pasukan Islam dalam perang Khandak, dan peristiwa Revolusi Futuh Mekah, hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 61 tahun yang lalu, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan nan Agung.

Bukan hanya itu, pada bulan Ramadhan seluruh kaum muslimin diberi satu kesempatan yang sama untuk berhasil mencapai kemenangan (baca: ketakwaan), kewajiban puasa dan penglipatgandaan pahala. Di samping, limpahan rahmat dan pengampunan serta jaminan terjauh dari api neraka. Jika seorang muslim berkesempatan bertemu dengan Ramadhan lalu mengisinya dengan sepenuh keikhlasan dan pengharapan maka baginya Ramadhan menjadi bulan kemenangan. Firman Allah, “Wahai Orang-orang beriman, telah diwajibkna kepada kalian puasa agar kalian bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183). Sabda Rasulullah, “Barang siapa puasa Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan, maka dia diampuni dari dosa-dosa masa lalunya.”

Maka, do’a yang diajarkan Rasulullah adalah, “Ya Allah, sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan…” karena Ramadhan betul-betul menjanjikan kemenangan. Di lain kesempatan Rasulullah pernah mengamini malaikat Jibril yang berdo’a, “Celakalah orang yang sampai pada bulan Ramadhan tetapi ketakwaannya tidak bertambah!” Tetapi, Rasulullah juga memberi kabar gembira kepada para ahli puasa, bahwa mereka akan mendapatkan dua kebahagiaan: kebahagiaan setiap kali mereka berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan Allah.

Akan tetapi, harus diingat bahwa kemenangan yang dijanjikan Ramadhan bukan kemenangan instan yang diberikan begitu saja. Sebulan penuh kita diwajibkan menahan kendali nafsu yang biasanya kita umbar sekehendak hati: nafsu perut, nafsu mulut, dan nafsu kemaluan. Sebulan penuh harus kita isi dengan segala jenis kebaikan yang telah dijanjikan pahala berlipat ganda dengan menjaga keikhlasan dan ketekunan dalam menjalankannya. Semoga Allah memberi kita kekuatan. Wallahu a’lam.

Monday, November 05, 2007

Sunday, November 04, 2007

Inspiring my vision….(1):

Semangat yang Akan Ku Pegang Teguh



Begitu banyak hal-hal besar yang ingin kucapai dalam hidup ini. Motivasi ini tumbuh seiring berjalannya waktu perkuliahan yang telah kulewati bersama orang-orang yang hebat yang ada disekitar aku. Termasuk diantaranya adalah para professor yang menjadi salah satu sumber ilmu kami. Berbagai ilmu kami dapatkan. Diskusi pun turut mewarnai pengembangan ilmu yang kami dapatkan.



Sepertinya agak aneh bagiku jika setiap insan yang hadir dalam kegiatan perkuliahan tidak tergugah hati nuraninya untuk melakukan perubahan. Hakikat dihadirkannya program ini sepertinya sudah mulai menjangkiti kami semua. Setidaknya menjangkiti setiap inchi otak dan hati nuraniku.



Pusing tetapi sekaligus menyenangkan. Kurasa itu adalah kata-kata yang tepat untuk mewakilkan apa yang kurasakan saat ini. Karena hasrat intelektual yang selama ini tersumbat telah mendapatkan haknya serta tergugahnya hati nurani yang telah terpendam oleh rutinitas kehidupan.



Bagaimana tidak! Jika setiap harinya kami selalu dijejali oleh rumit dan kompleksnya permasalahan negeri ini dan “ditantang” untuk melakukan tindakan-tindakan “out of box” untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui teori-teori “maut” yang dihidangkan para professor kepada kami.



Rasanya ada perasaan bersalah yang akan menghantui diri ini seumur hidup jika aku tidak bergerak dan melakukan perubahan. Membayangkan wajah-wajah penuh harap dari rakyat yang telah rela (atau mau tidak mau harus rela) uangnya dipakai untuk membiayai kuliah yang aku jalani. Kuliah yang katanya untuk mencetak pemimpin-pemimpin masa depan. Berat rasanya jika harus bermalas-malasan menjalani kuliah ini. Walau letih menjalani kuliah sepulang kerja di Depok, rasanya tak sebanding dengan penderitaan mereka yang telah kupakai uangnya yang menghabiskan hampir Rp 60 juta selama 2 tahun masa kuliah per orangnya. Jika dikalikan 30 orang (jumlah satu angkatan) maka anggaran rakyat yang terpakai sebesar sekitar Rp 1,8 M untuk mencetak pemimpin masa depan. Subhanallah! !! Masya Allah!!! Mungkin dibandingkan dengan anggaran proyek-proyek pembangunan fisik di Indonesia sangat jauh sekali marginnya. Tetapi jika uang itu dipakai untuk kesejahteraan rakyat, juga bukan angka yang kecil.



Selain itu kesibukan yang ku jalani pun tidak seberapa dibandingkan pengorbanan teman-teman kuliahku yang harus menyatroni jarak yang tidak dekat, kesibukan yang tidak sedikit, serta penghasilan yang tidak melimpah untuk membiayai kebutuhan pendukung kuliah.



Memikirkan hal tersebut. Membuat aku semakin BERSEMANGAT menjalaninya. Membuat aku tidak ingin menyia-nyiakan harapan rakyat Indonesia .



We are Indonesia Future Leaders!!! Yes we are!!! Indonesia tunggulah saatnya. Gebarakan perubahan akan kami hadirkan. Kamilah wajah-wajah pemuda Indonesia yang akan memimpin negeri ini ke arah kebaikan, para mahasiswa Pascasarjana UI Kajian Pengembangan Kepemimpinan Nasional.



“Rabbana laa tuziq quluubana ba’da idz hadaitana wa hablana min ladunka rahmah. Innaka antal wahhaab…”



Ya Allah tetapkanlah semangat ini terus membara dalam diri kami. Jadikanlah kami generasi yang akan membawa negeri ini ke arah perubahan. Perubahan yang akan mengembalikan kemuliaan dan harga diri bangsa Indonesia. Semoga kami bisa saling menguatkan satu sama lain Semoga….Semoga… .dan Semoga…..



So….let’s do it GENK …..!!!! n_n

Think Globally, Act Locally



Mulai dari yang kecil

Mulai dari kita

Mulai dari sekarang


Best regards,
Rosmalita